Sekolahkan anak setinggi mungkin, nabungnya mulai sekarang!
Mempersiapkan masa depan dengan baik, semua orang pasti punya niat seperti ini. Apalagi untuk para orangtua yang sudah punya buah hati. Faktanya, punya anak itu tidak murah, lho! Mulai dari biaya hidup sampai dana pendidikan, semua perlu diatur dengan tepat supaya anak bisa lancar bersekolah sampai jenjang tertinggi.
Sekolahkan anak setinggi mungkin: masih banyak orang Indonesia yang tidak kuliah karena terkendala biaya
Pendidikan adalah salah satu modal terpenting untuk meningkatkan kualitas kehidupan seseorang. Baik itu dalam lingkup kehidupan pribadi, hidup bermasyarakat maupun di skala negara, taraf pendidikan merupakan faktor penting peningkatan ekonomi.
Nah, ternyata, hanya 6,41 persen saja dari penduduk Indonesia yang sudah mengenyam pendidikan tinggi, berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) pada pendataan di Juni 2022 lalu. Dari 275 juta jiwa penduduk Nusantara, hanya 0,41 persen berpendidikan Diploma 1 (D1) dan D2, 1,28 persen Diploma 3 (D3), Sarjana Strata 1 (S1) sebanyak 4,39 persen, S2 / Master sebanyak 0,31 persen dan hanya 0,02 persen saja WNI yang mencapai tingkat pendidikan S3 / Doktorat.
Terkendala biaya adalah halangan paling utama alasan mengapa masih banyak orang Indonesia yang tidak lanjut kuliah setelah lulus SMA. Inilah mengapa, saat Moms and Dads baru punya anak adalah saat yang tepat untuk mulai menabung biaya kuliah untuk anak kelak, karena semakin naiknya biaya kuliah, semakin lama orangtua menabung maka semakin optimal pula persiapan untuk biaya kuliah nantinya.
Sekolahkan anak hingga kuliah: ternyata, persiapan 18 tahun bukanlah waktu yang sangat lama
18 tahun terasa lama, ya? Dari kelahiran anak, hingga ia berusia 18 tahun dan masuk dalam usia kuliah, itulah waktu yang dimiliki tiap orangtua untuk menabung dan mempersiapkan biaya pendidikan tinggi sang anak.
Tapi, ternyata 18 tahun bukanlah waktu yang amat sangat lama, tak terasa, anak yang baru lahir sudah besar – waktu berlalu sangat cepat dan tak bisa diulang, inilah yang harus diketahui oleh Moms and Dads. Karena itu, manfaatkan waktu tersebut semaksimal mungkin.
Lebih cepat mulai lebih baik. Bila saat anak lahir masih belum sempat menabung, maka usahakan mulai sedikit demi sedikit, secepat kita bisa. Bila Moms and Dads sudah mulai menabung saat anak lahir, katakanlah, Rp 1-2 juta setiap bulan, maka uang tabungan yang didepositokan ini punya waktu berbunga lebih banyak selama 18 tahun ke depannya.
Debet otomatis bulanan dari gaji / pendapatan ke tabungan
Bahkan, sejak anak belum lahir, Moms and Dads bisa mulai menyisihkan uang lewat debet otomatis bulanan dari gaji atau pendapatan yang langsung masuk ke tabungan. Kenapa? Mudah saja, supaya uangnya tidak terpakai.
Usahakan juga untuk menabung di rekening yang sulit diakses, dalam arti, tidak ada ATM atau kartu kredit yang terhubung dengan rekening ini, sehingga godaan menggunakan uang lebih kecil. Bedakan juga tentunya dengan rekening yang biasa digunakan untuk pembayaran kebutuhan hidup sehari-hari, supaya tidak tercampur.
Bila kakek dan nenek sang anak ingin berpartisipasi, Moms and Dads bisa berikan nomor rekening tabungan ini kepada mereka supaya bisa langsung menyetorkan dana tambahan ke tabungan tersebut.
Dana pendidikan sebagai hadiah ulang tahun
Kebiasaan orang adalah memberikan mainan sebagai hadiah ulang tahun untuk anak. Nah, alih-alih mainan yang hanya akan bermanfaat sebentar lalu teronggok dan terlupakan saat anak beranjak besar, mungkin dana pendidikan adalah hadiah ulang tahun yang dapat memberikan arti lebih bagi mereka kelak.
Menurut penulis ahli finansial, Robert Moore, memberikan hadiah ulang tahun dalam bentuk rekening bank yang lantas akan diisi secara berkala, adalah salah satu bentuk investasi masa depan yang berharga.
“Orangtua bisa mencari bank yang punya tabungan khusus anak-anak dengan manfaat optimal. Cari yang bunganya cukup tinggi dan punya fitur menarik bagi anak. Sebaiknya juga cari perbandingan beberapa bank sebelum memilih yang mana yang cocok untuk anak kita,” demikian saran Rob Moore.
Saat anak ulang tahun atau pada kesempatan spesial seperti kenaikan kelas, hadiah di hari besar / hari raya, orangtua bisa membagi dua dana untuk anak: setengah untuk beli kado, setengahnya lagi untuk ditabung.
Pada angka ulang tahun spesial, seperti ulang tahun ketujuh, kesepuluh, ketujuhbelas misalnya, orangtua bisa memberikan uang tabungan lebih.
Ajar anak bertanggungjawab dan mulai “bekerja sambilan”
Ketika anak sudah cukup besar, di usia 8 tahun ke atas, ajari mereka untuk mulai mengenal artinya bekerja dan bertanggungjawab. Karena mencari uang bukan perkara mudah, didik mereka sejak kecil untuk mulai belajar bekerja, lewat “kerja sambilan” membantu-bantu di rumah.
Mulai dari menolong orangtua saat memasak, menyiram tanaman, bantu cuci piring, membereskan kamar, mainan dan meja belajar mereka, memberi makan hewan peliharaan, sampai membantu melipat pakaian serta merapikan lemari, ada berbagai pekerjaan “sambilan” yang bisa dilakukan anak-anak dan mengajari mereka sekaligus menjadi orang dewasa yang cakap dalam mengerjakan pekerjaan rumah.
Sama dengan uang hadiah ulang tahun, anak bisa diberikan pilihan, apakah “gaji” dari pekerjaan sambilan ini mau ditabung semua ataukah mau dipisah, sebagian ditabung dan sebagian lagi diberikan tunai untuk jajan? Sambil orangtua memberikan pengertian supaya mereka punya rasa tanggungjawab dan belajar hemat tidak menghabiskan semua “penghasilan” dari kerja sambilan mereka di rumah.
“Memberi anak insentif dan reward saat mereka mendapat nilai bagus di sekolah, lalu mengajari mereka pentingnya arti menabung, merupakan pendidikan dasar finansial yang harus ditanamkan sedari kecil,” demikian nasihat Rob Moore sang ahli finansial.
“Selain itu, orangtua juga bisa mengajari anak untuk menjual barang-barang yang sudah tidak mereka pergunakan lagi, selain untuk daur ulang, juga untuk menyisihkan uang dari penjualan ke dalam tabungan mereka,” lanjut Moore.
Saat anak sudah menjelang dewasa, beri mereka akses ke tabungan
Saat anak mencapai usia 18 tahun, maka mereka sudah bisa diberi akses ke tabungan yang dibuat atas nama mereka. Tentu saja, penting sekali menekankan pada mereka bahwa uang tabungan ini tujuannya untuk kepentingan masa depan dan bukannya untuk dihambur-hamburkan bersenang-senang tanpa ada hasil yang positif.
“Alih-alih melarang mereka untuk membelanjakan uang, maka orangtua sebaiknya menjelaskan kepada anak, konsekuensi bila mereka menghabiskan seluruh tabungan. Misalnya, bahwa bila tabungan habis, maka mereka tidak akan bisa kuliah. Atau mereka harus mencari uang sendiri untuk menambah biaya kuliah. Anak harus diberi pengertian, bukan dilarang, apalagi bila mereka sudah berusia 18 tahun ke atas dan sudah mulai dewasa,” begitu saran Moore seputar pemberian kuasa kepada anak atas tabungan mereka.
Sekolahkan anak setinggi mungkin: kuliah di Indonesia saja atau di luar negeri?
Setiap orangtua pasti setuju bahwa pendidikan lanjut memang sangat penting. Pendidikan strata satu / sarjana, membukakan lebih banyak kesempatan dan akses ke jenjang pekerjaan dan karir yang lebih cemerlang.
Soal menabung mengenai biaya pendidikan anak sudah kita bahas di atas tadi, bahwasanya tabungan dana pendidikan ini sudah harus dimulai sejak anak baru saja lahir ke dunia atau secepat mungkin Moms and Dads bisa menyisihkan uang.
Kemudian, ada pertanyaan yang akan muncul kelak: kuliah anak, baiknya di Indonesia saja atau di luar negeri?
Jawabannya: kembali kepada masing-masing orangtua. Tentu, kuliah di Indonesia atau di luar negeri punya keuntungan dan kekurangan masing-masing. Ini beberapa faktor kunci yang bisa dipertimbangkan saat memilih universitas untuk kuliah anak.
Biaya kuliah saja sudah besar, belum termasuk biaya-biaya hidup lainnya
Salah satu perbedaan terbesar dari kuliah domestik dan kuliah internasional adalah biaya kuliah dan biaya-biaya hidup lainnya yang harus ditanggung orangtua. Bahkan, kuliah di dalam negeri saja sudah cukup besar biayanya, bagaimana bila kuliah di luar negeri? Dana yang dibutuhkan tentu jauh lebih besar.
Contohnya, masuk ke kampus negeri di Indonesia, akan butuh biaya paling tidak 50 hingga 100 juta rupiah per tahunnya, belum lagi biaya buku, diktat, praktikum dan biaya hidup sampai makan dan kos bila anak tinggal jauh dari orangtua. Rata-rata orangtua mengeluarkan biaya dari 5 hingga 10 juta rupiah per bulan untuk sekolahkan anak di kampus negeri dan hingga 25 juta rupiah untuk kampus swasta.
Untuk kuliah di Singapura, misalnya, hanya uang kuliah S1 saja sudah kurang lebih Rp120 juta per tahun belum termasuk biaya hidup, di Melbourne, Australia, sekitar Rp600 juta per tahun. Bagaimana dengan kampus ternama di Amerika seperti Harvard atau MIT? Angka fantastis biaya kuliah di kampus ternama seperti itu tak kurang dari Rp1 miliar rupiah per tahun di luar biaya hidup seperti makan, transportasi dan asrama atau tempat tinggal.
Angka tersebut di atas perlu dikali 3-4x, sebab lama mahasiswa kuliah S1 rata-rata 3 hingga 4 tahun. Juga, jangan lupakan faktor inflasi yang menggerus uang tabungan kita.
Bila ternyata sebagai orangtua kita belum mampu menyekolahkan anak sampai ke luar negeri, tidak perlu berkecil hati. Sebaiknya realistis saja, jangan sampai harus menjual rumah atau aset hanya demi menguliahkan anak ke luar negeri – jangan kuatir, universitas di Indonesia sendiri pun banyak sekali yang sudah terakreditasi A dan punya kualitas pendidikan sangat baik.
Bagaimana kalau punya anak lebih dari satu?
Ya, tentunya bila punya anak lebih dari satu, maka dana pendidikan ini harus dikalikan sebanyak jumlah anak kita. Supaya semua anak mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama, dan kita sebagai orangtua bersikap adil kepada mereka semua.
Pastinya ini tidak mudah, ya. Tapi inilah konsekuensi dan tanggung jawab sebagai orangtua. Yuk semangat Moms and Dads!
Belajar lebih lanjut seputar pengetahuan finansial, perencanaan masa depan dan perlindungan seluruh keluarga
Mendampingi buah hati di masa pertumbuhannya adalah keinginan setiap orang tua. Memberikan hadiah terbaik dengan merencanakan pendidikannya sejak dini diharapkan dapat memberikan kesejahteraan dan sukses bagi sang anak.
Di sisi lain, biaya pendidikan yang terus meningkat membuat kita bekerja lebih keras dan lupa akan kesehatan. Belum semua orang tua menyadari pentingnya merencanakan pendidikan sang Anak sejak dini, dan apa resiko yang terjadi apabila orang tua tutup usia sebelum sang anak meraih cita-citanya.Perencanaan masa depan yang tepat butuh persiapan panjang, ini dimulai sejak anak masih kecil, bahkan sebelum mereka lahir.
Yuk, belajar seputar perencanaan finansial, pendidikan anak, persiapan masa depan dan perlindungan seluruh keluarga lewat artikel-artikel persembahan Generali Indonesia berikut ini:
Mendidik anak lewat permainan menarik
Yuk, ajak anak untuk olahraga lari supaya lebih sehat dan aktif