Permulaan self-healing: menangani luka lama akibat trauma
Semua orang punya masa lalu. Baik atau buruk, masa lalu merupakan bagian tak terlepaskan dari hidup kita semua, yang membuat kita menjadi seperti sekarang dan membawa kita ke jalan hidup yang ditempuh saat ini.
Ada orang yang selalu bisa menatap ke depan dan cepat move on melupakan masa lalu, tapi, tak semua orang bisa move on secepat kilat. Ada banyak sekali orang yang, akibat trauma atau kejadian negatif yang berpengaruh buruk di masa lalu, masih membawa “beban” ini selama bertahun-tahun. Selama bertahun-tahun pula orang-orang ini hidup dengan penyesalan, kesedihan atau kemarahan yang tersimpan dalam diri mereka.
Apakah kamu termasuk salah satu dari orang yang masih menyimpan trauma dari masa lalu?
Trauma harus ditangani secara tepat supaya tidak menggerogoti kita dari dalam
Trauma dan emosi terpendam dalam hati dan pikiran kita, ibarat api dalam sekam. Trauma bisa saja tidak termanifestasi setiap saat, tapi bisa menjadi bom waktu yang suatu ketika meledak tiba-tiba dan menghancurkan segalanya.
Inilah sebabnya, trauma harus ditangani, supaya diri kita di hari ini dan masa depan tidak menjadi korban emosi negatif yang bersemayam di dalamnya.
Bagaimana cara melepaskan diri dari trauma
Sifat orang tentunya berbeda-beda. Tapi, ada satu hal yang sama, yaitu kita butuh perasaan dimengerti, diterima, dan dicintai.
Dalam istilah bahasa Inggris, ada yang namanya self-compassion, yang artinya berbuat baik pada diri kita sendiri. Self-compassion adalah salah satu faktor yang sanggup menyembuhkan trauma dalam diri.
Secara teori, self-compassion terdengar sangat mudah, ya. Tapi, ternyata dalam prakteknya tidak sesimpel itu. Banyak sekali orang yang kerap menyalahkan diri sendiri dan lantas jadi keras pada diri sendiri. Ini biasanya disebabkan oleh trauma masa lalu atau rasa rendah diri.
Berbagai studi dan riset telah membuktikan secara klinis bahwa self-compassion adalah sesuatu yang sangat penting bagi kestabilan mental dan kesehatan kita secara psikis. Selain itu, self-compassion juga merupakan awal dari segala perbaikan dalam hidup kita, baik itu secara hubungan sosial maupun secara kesehatan fisik, lho!
Yuk, lanjut baca artikel ini untuk memahami lebih jauh mengenai self-compassion dan bagaimana hal ini dapat membuat kita move on serta sembuh dari trauma masa lalu.
Menyembuhkan diri sendiri dari jeratan trauma dimulai dengan pengakuan pribadi
Denial alias penyanggahan tidak bisa membuat kita lepas dari efek negatif trauma. Proses penyembuhan diri dari trauma, diawali dengan langkah pertama yaitu mengakui pada diri sendiri bahwa kita mengalami efek samping yang perlu diselesaikan.
Sesimpel berbicara dengan hatimu sendiri, ucapkan, “Aku mengakui bahwa...” maka kamu akan merasa lebih lega. Hal ini memang tidak mudah, karena membutuhkan kejujuran seutuhnya baik tentang kejadian buruk yang pernah terjadi maupun kesalahan kita sendiri. Tidak mudah untuk melalui trauma, apalagi mengingat kembali memori buruk. Tapi dari kejujuran itulah kita baru bisa beranjak ke langkah perbaikan yang sesungguhnya.
Proses self-healing kemudian dimulai dengan memaafkan diri sendiri
Setelah mengakui dan bercerita tanpa memperhalus (sugarcoating), tanpa rasa bersalah (guilt) ataupun malu (shame), lalu apa langkah selanjutnya? Perjalanan belum selesai.
Ini saatnya untuk memaafkan dirimu sendiri. Jangan pernah lupa bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Baik itu kesalahan yang kita buat, atau paksaan kondisi hidup, pada saat itu kita hanya melakukan apa yang kita kira benar.
Memberi maaf bagi diri sendiri, juga bisa dilakukan sesimpel dengan mengucapkan kalimat seperti ini di dalam hati, “Aku menerima segala kesalahan yang telah kulakukan di masa lalu, maupun kesalahan yang dilakukan orang lain kepada diriku, dan aku memaafkan diriku sendiri atas hal yang di luar kuasaku dan hal yang tidak dapat aku ubah”.
Kembalilah menerima & mencintai diri sendiri, selangkah demi selangkah melepaskan diri dari jeratan trauma
Bila kita sudah sampai pada tahap memaafkan dan menerima diri sendiri, maka selangkah demi selangkah kita akan melepaskan diri dari efek trauma lewat self-love (mencintai diri sendiri).
Bagaimana cara mencintai diri sendiri? Ada banyak caranya. Kamu bisa mulai dengan merawat diri, di antaranya termasuk menjaga kesehatan, memberi waktu untuk beristirahat, makan makanan bergizi, olahraga secara teratur dan menghindari pola pikir negatif yang memperkeruh kondisi.
Perlahan, gaya hidup sehat pun akan makin mendukung perjalananmu menuju jiwa raga yang sehat. Saat tubuh terasa ringan, kamu lebih bebas mengejar passion dan hobi yang membuat hatimu senang.
Batasi konsumsi media sosial
Media sosial tentu memiliki banyak segi positif, tapi negatifnya juga ada! Salah satu aspek negatif di media sosial adalah ilusi gaya hidup para selebriti yang terlihat begitu fantastis – kemudian membuat banyak orang jadi minder, padahal, yang diperlihatkan di medsos belum tentu benar di kenyataan sesungguhnya.
Kadang, ada baiknya kita detoks / puasa menggunakan media sosial dan fokus pada kehidupan nyata. Dengan begitu, kita tidak akan terlepas dari kenyataan kehidupan yang selalu seimbang antara aspek positif dan negatif.
Latihan pernafasan dan relaksasi
Latihan pernafasan dan relaksasi merupakan salah satu cara manajemen stres yang efektif. Saat suasana hati terlalu sulit untuk dikontrol, kita bisa menenangkan pikiran lewat metode pernafasan.
Lakukan secara rutin dengan bantuan video tutorial dari YouTube, supaya kamu lebih tenang dan kalem menghadapi berbagai tantangan hidup.
Perkuat hubungan sosial di dunia nyata
Habiskan waktu dengan orang-orang yang kamu sayangi di dunia nyata. Interaksi positif dengan teman, keluarga, pasangan yang membuat kamu happy dan merasa dicintai, merupakan langkah penguatan diri untuk sembuh dari trauma.
Enyahkan trauma dengan selalu mempraktekkan rasa syukur
Bersyukurlah atas apa yang kamu punya, setiap harinya, untuk hal sekecil apapun. Bersyukur akan membawa energi positif dalam kehidupanmu sehari-hari.