Rokok konvensional, rokok elektrik & vape, ketahui bedanya
Rokok masa kini hadir dalam berbagai bentuk. Rokok konvensional dalam bentuk kretek dan filter, rokok elektrik dan vape, serta alat pemanas tembakau tanpa asap yang mulai marak beberapa tahun belakangan ini.
Lewat artikel ini, yuk, pahami perbedaannya dan ketahui bahaya masing-masing jenis.
Stop rokok dalam peringatan Hari Anti Tembakau Sedunia
Setiap tanggal 31 Mei setiap tahunnya, seluruh dunia memperingati Hari Anti Tembakau Sedunia. Di kesempatan kali ini, jadikan hari peringatan ini sebagai awal baru untuk memahami bahaya rokok bagi tubuh dan kesehatan kita.
Karena berbagai risiko kesehatan sangat dipengaruhi oleh fakta bahwa kita adalah perokok. Risiko beragam penyakit meningkat saat kita merokok. Di antara lain:
- Sakit jantung
- Stroke
- Penyakit kardiovaskuler lainnya
- Kanker paru
- Kanker mulut dan tenggorokan
- Kanker serviks dan berbagai jenis kanker lainnya
- Gangguan lambung
- Menurunnya tingkat kesuburan baik bagi pria maupun wanita
- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
- Impotensi bagi pria dewasa
- Dan masih banyak lainnya
Indonesia ternyata masuk ke dalam salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia
Sebanyak hampir 70 persen orang Indonesia usia dewasa merokok. Karena harga produk tembakau yang sangat terjangkau ditambah kemudahan mendapat rokok di mana-mana, inilah yang membuat prevalensi perokok begitu tinggi di negara kita.
Ini pula yang mencetuskan fakta bahwa kanker paru-paru adalah salah satu kanker yang paling umum terjadi pada orang Indonesia. Mirisnya, tak sedikit dari pasien penderita kanker paru ini bukanlah perokok aktif melainkan perokok pasif yang terpapar asap rokok dengan ribuan zat kimia berbahaya di dalamnya, sehingga akhirnya terkena kanker.
Rokok elektrik lebih baik dari rokok konvensional, betul atau tidak?
Kebiasaan merokok memang termasuk dalam salah satu hal yang teramat sulit ditinggalkan, dan ketika rokok elektrik hadir banyak perokok lantas beralih ke moda rokok ini dengan keyakinan bahwa rokok elektrik lebih baik dari rokok konvensional. Kemudian, beberapa tahun belakangan ini, hadir pula alat merokok yang bukan membakar tembakau tapi hanya memanaskannya saja. Masing-masing jenis mengklaim bahwa jenis tersebut lebih sehat dibanding jenis lainnya. Tapi, apa benar? Seperti apa perbedaan dan risiko dari masing-masing jenis rokok modern ini?
1. Rokok konvensional
Ada dua jenis rokok konvensional: rokok dengan filter dan rokok kretek tanpa filter.
Rokok kretek sering kali dianggap lebih aman daripada rokok jenis lainnya karena mengandung bahan-bahan alami. Sementara itu, rokok filter atau rokok yang umum ditemukan di seluruh belahan dunia terdiri dari tembakau, bahan kimia tambahan, filter, dan penutup kertas.
Nah, bila seorang perokok dihadapkan antara dua pilihan, yakni rokok kretek dan rokok filter, kebanyakan masih belum paham apa bedanya.
Kandungan rokok kretek umumnya terdiri dari sebesar 40 persen cengkeh, 60 persen tembakau asli, semuanya mengalami proses pengeringan, ditambah minyak cengkeh dan dibalut kertas pembungkus. Rokok kretek ternyata asli berasal dari Indonesia lho, dan sudah diekspor ke mancanegara sejak puluhan tahun.
Sedangkan, filter dalam rokok, yaitu bagian pangkal batang rokok yang terbuat dari gabus, memang didesain untuk menyaring zat berbahaya.
Pada umumnya filter terbuat dari olahan kayu, yaitu bahan bernama selulosa asetat. Bahan ini ditujukan untuk menyaring tar dan nikotin dari rokok. Kandungan tar yang tinggi dalam rokok lah yang meningkatkan risiko terjadinya kanker paru, baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif.
Karena itu, hadirnya filter diyakini sanggup menurunkan efek negatif rokok terhadap tubuh.
Tapi, walaupun filter dipercaya dapat menyaring jumlah nikotin dan tar, ternyata filter tidak mampu menyaring seluruh zat beracun dalam rokok, filter hanya memblokir partikel tar terbesar sementara partikel kecil masih bisa masuk ke dalam paru-paru. Selain itu, serabut dalam filter juga dapat terhirup masuk bersama asap, dan serabut tersebut juga mengandung tar dari asap rokok.
Jadi, kesimpulannya, sama saja ya. Rokok konvensional baik itu kretek maupun filter tidak ada yang lebih baik dan tidak ada yang lebih aman bagi para perokok.
2. Rokok elektrik dan vape ternyata merupakan produk yang sama
Rokok elektrik sering disebut sebagai vape. "Vape" dalam bahasa Inggris artinya uap, sebab memang sejalan dengan cara kerja rokok elektrik. Rokok elektrik mengubah nikotin cair menjadi uap melalui suhu panas. Uap ini adalah "asap" yang dihirup oleh penggunanya.
Ada berbagai keharuman dan rasa wangi dari cairan vape, mulai dari rasa coklat, beragam rasa buah, vanila, dan masih banyak lagi. Sehingga bahkan orang yang awalnya tak pernah merokok dengan rokok batangan konvensional pun turut mencoba vape dan merasa suka menghisap wangi rokok tersebut. Ini juga disebabkan oleh wangi yang juga nyaris tidak ada aroma tembakaunya, meskipun masih ada kandungan nikotin di dalamnya.
Saat kemunculannya, para produsen rokok elektrik mengklaim bahwa produk mereka lebih "aman" dan lebih "sehat" karena mengandung lebih sedikit bahan kimia di dalam asapnya. Padahal, rokok elektrik alias vape juga mengandung berbagai macam zat berbahaya bagi kesehatan.
Berbagai zat kimia berbahaya di dalam vape antara lain:
- Nikotin
- Diacetyl, yang digunakan sebagai perasa
- Kadmium
- Acrolein, yaitu zat beracun yang biasa digunakan sebagai herbisida
- Zat pengawet, seperti formaldehida
- Logam berat, seperti timbal, nikel, dan timah
Asap rokok elektrik tersebut tidak hanya berbahaya bagi orang yang merokok, tetapi juga orang di sekitar yang menghirup asap rokok tersebut atau perokok pasif. Jadi, jangan anggap rokok elektrik tidak bahaya karena tidak ada bau / aroma tembakau sama sekali, ya!
Konsentrasi nikotin dalam setiap pod rokok elektrik berbeda-beda. Misalnya, pod rokok elektrik dengan kandungan nikotin 5% mengandung 30 hingga 50 mg nikotin. Jumlah ini setara dengan nikotin di dalam 1 sampai 3 bungkus rokok tembakau konvensional, lho. Dan sudah jelas tentunya, semakin tinggi nikotinnya, makin berbahaya pula rokok tersebut bagi kesehatan.
Tidak hanya itu, klaim bahwa asap rokok elektrik lebih aman belum terbukti sama sekali. Justru sebaliknya, rokok elektrik terbukti dapat menimbulkan kerusakan paru-paru pada penggunanya. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut dengan "E-cigarette or vaping product use associated lung injury" (EVALI).
EVALI lebih banyak terjadi pada orang yang terlalu sering menggunakan rokok elektrik. Kondisi ini bisa menimbulkan gejala berupa sesak napas, batuk, nyeri dada, pusing, dan sakit kepala.
3. Rokok batang tembakau tanpa asap / pemanasan tembakau
Kategori produk tembakau tanpa asap atau pemanasan tembakau, memang terlihat mirip vape sekilas tapi ternyata berbeda.
Perangkat ini menggunakan "stik" tembakau sekali pakai yang dipanaskan hingga suhu 350 derajat Celsius hingga mengeluarkan aerosol / partikel padat di udara. Batang tembakau yang digunakan mengandung berbagai komponen lain di luar yang biasa ada di rokok konvensional, termasuk air, gliserin dan serat selulosa.
Para produsen rokok ini tentu saja mengklaim bahwa "produk ini lebih sehat karena tidak membakar tembakau, sehingga zat kimia yang dikeluarkan tidak terlalu berbahaya dibanding asap pembakaran tembakau".
Namun, FDA yaitu badan pengawas obat-obatan di Amerika Serikat, menolak klaim ini karena belum adanya cukup bukti. Diperlukan lebih banyak hasil penelitian independen yang tidak disponsori produsen rokok untuk membuktikan keabsahan klaim ini.
Apa kesimpulannya setelah membaca penjelasan seputar berbagai alat dan moda merokok atas?
Kesimpulannya, semua jenis tembakau masih mempunyai risiko bahaya yang lebih tinggi ketimbang manfaat yang dihasilkan.
Utamakan kesehatan, yuk mari kita berusaha hidup lebih sehat dengan mengurangi atau stop sama sekali konsumsi tembakau harian kita, dalam bentuk “tembakau” apapun itu, baik konvensional, elektrik / vape maupun pemanasan tembakau.
Selamat memperingati Hari Anti Tembakau Sedunia!