Puasa Ramadan: tips supaya lansia keluarga kita selalu sehat
Bulan suci Ramadan, segenap umat Muslim menunaikan ibadah puasa. Acara makan-makan, buka bersama dan kumpul-kumpul makin aktif dilakukan. Termasuk di lingkaran keluarga besar.
Acara silaturahmi ini identik dengan berkumpul bersama di restoran atau di rumah salah satu anggota keluarga, ngobrol dan tilawah bersama menunggu waktu bedug, lalu buka, makan-makan dan salat berjamaah. Biasanya, tuan rumah akan menyiapkan berbagai sajian lezat, dan para tamu ikut datang membawa berbagai hidangan dan penganan yang juga tak kalah enaknya.
Saat berbuka puasa Ramadan, biasanya anggota keluarga yang sudah lanjut usia (lansia) pasti diajak serta, tapi, karena berbagai masalah baik mengenai kesehatan maupun mulainya demensia, kadang di momen kumpul-kumpul seperti ini mereka yang sudah menginjak usia lanjut, sering merasa tersisihkan. Lalu jadi galak, ngomel terus dan membuat kita jadi geleng-geleng kepala, kok jadi seperti anak kecil saja, ya?
Lansia ternyata punya tingkat sensitivitas perasaan yang tinggi
Berbagai penelitian membantu kita untuk memahami mengapa lansia punya tingkat sensitivitas perasaan yang tinggi. Lebih mudah baper, istilahnya. Ternyata ini terkait dengan perubahan hormon, penurunan kemampuan dan otonomi – serta kesehatan yang makin banyak bermasalah. Berbagai faktor inilah yang membuat mereka jadi bersikap kekanak-kanakan kembali, gampang mengeluh dan ngomel, sulit pula diberi pengertian.
Saat mengalami berbagai hal sekaligus (mulai dari sakit kronis yang sudah menahun, perubahan hormon, penurunan berbagai fungsi kognitif dan lain-lain sebagainya), mudah bagi seseorang untuk mengalami depresi ringan dan merasa dirinya tidak berguna lagi, lantas baper karena merasa diabaikan – padahal, seringnya ini hanya perasaan berlebihan saja, lho! Bukan kenyataan sesungguhnya.
Puasa Ramadan: rangkul orangtua lansia di setiap acara kita supaya mereka tidak merasa diabaikan
Jadi bagaimana dong caranya supaya nenek, kakek, paman, bibi maupun orangtua kita sendiri yang sudah berusia lanjut, tidak baperan soal perasaan “dicuekin” saat acara kumpul-kumpul keluarga?
Caranya adalah dengan memahami mereka. Mengerti kondisi fisik dan mental mereka yang tentu sudah tidak segagah dan sesehat dulu ketika mereka masih muda. Dan mengingat bahwa kita kelak akan menua seperti mereka – ingatlah bahwa dunia ini berputar dengan hukum tabur tuai, bila kita menyayangi dan memperhatikan lansia di keluarga kita dengan baik, mudah-mudahan hal yang sama lah yang akan kita tuai kelak, saat kita sudah tua, anak-anak keturunan kita pun akan memahami kita.
Buka puasa Ramadan untuk lansia yang punya masalah kesehatan
Umumnya, lansia di Indonesia punya 2 jenis masalah kesehatan. Hipertensi / tekanan darah tinggi, dan Diabetes Mellitus Tipe 2 / biasa disebut sakit gula. Bisa hanya salah satunya atau keduanya sekaligus – seringnya sih kedua penyakit ini berkaitan.
Saat berbuka puasa, tentunya asupan makanan mereka harus diperhatikan. Meski mungkin mereka tidak sanggup puasa penuh karena kondisi kesehatan, tetap ajak mereka duduk di meja makan bersama seluruh anggota keluarga dan perhatikan apa yang dihidangkan untuk mereka, sesuai dengan masalah kesehatan yang mereka miliki.
Hidangan buka puasa Ramadan untuk lansia dengan hipertensi
Lansia yang punya masalah hipertensi harus mengurangi atau sekaligus menghindari konsumsi makanan dengan kriteria di bawah:
- Tinggi asupan garam dan diawetkan dengan garam, seperti ikan asin, daging asap, dendeng, sosis, abon, ebi, udang kering, terasi, telur asin, telur pindang, acar, asinan dan tauco
- Segala macam makanan yang diolah dengan baking powder dan soda kue seperti contohnya roti, biskuit, kue asin, keripik asin dan makanan kering asin lainnya
- Makanan dalam kemasan kaleng seperti ikan tuna kaleng, kornet, buah dalam kaleng, sarden kaleng dan lain-lainnya
- Bumbu hasil olahan industri seperti kecap, maggi, bumbu penyedap, saus tomat, sambal botol, monosodium glutamat (MSG)
- Minuman yang mengandung gas / soda
- Margarin, mentega dan keju
Pastikan hidangan yang disajikan kepada lansia pengidap hipertensi di keluarga kita bersifat segar dan rendah garam, seperti tumis sayuran, nasi putih, bila daging pun usahakan daging ikan atau ayam yang hanya direbus, kukus, bakar atau panggang. Beri bumbu yang lezat, sehingga citarasa makanan tidak hambar.
Hidangan buka puasa Ramadan untuk lansia dengan Diabetes
Lansia yang punya masalah Diabetes alias sakit gula, harus menghindari makanan dengan kriteria di bawah:
- Makanan yang mengandung karbohidrat, gula dan punya indeks glikemik tinggi – artinya, bisa menyebabkan lonjakan gula darah dalam waktu singkat
- Termasuk di dalamnya: nasi, roti putih, mie, pasta, berbagai kue-kue, cake, pastry, segala yang mengandung tepung baik itu tepung beras, tepung gandum maupun tepung maizena / tapioka
- Boleh dikonsumsi dengan takaran yang disesuaikan dengan berat badan, usia dan tingkat keparahan penyakit Diabetes yang diidap: sayur mayur berkarbo tinggi (contohnya, kentang, singkong, ubi, jagung) dan buah-buahan bergula tinggi (kurma, anggur, pepaya, sawo, mangga, pisang yang sudah matang, leci dan kelengkeng)
- Coklat yang umum dijual di pasaran (kecuali coklat hitam dengan kandungan kadar kakao 70 persen ke atas yang boleh dikonsumsi sedikit-sedikit)
Pastikan hidangan yang disajikan kepada lansia di keluarga kita yang menderita penyakit gula, bersifat rendah gula dan minim proses pengolahan.
Substitusi / hidangan pengganti sebagai alternatif untuk lansia dengan masalah kesehatan
Untuk lansia yang punya masalah kesehatan, ganti bahan pembuat hidangan dengan alternatif yang lebih sehat.
Misalnya:
- Alih-alih daging kambing dan hidangan laut seperti cumi dan udang, gunakan ayam dan ikan untuk diolah, atau sumber protein nabati seperti tahu dan tempe
- Sajikan buah yang rendah gula, berkadar air tinggi dan mengandung banyak vitamin C, seperti stroberi, apel, bluberi dan semangka
- Cukupi sumber lemak yang baik bagi otak lansia, seperti alpukat, ikan salmon dan minyak ikan
- Ganti nasi putih dari beras biasa dengan beras konjac / shirataki, yang selain rendah karbo juga rendah kalori
- Sebagai pengganti gula, gunakan pemanis buatan yang tidak menaikkan gula darah, seperti Erythritol atau Lakanto (berbagai resep penganan rendah gula bisa kamu temukan di sini)
Kita yang muda, ikut buka puasa Ramadan dengan sajian yang lebih sehat pula
Nah, supaya kakek, nenek, orangtua lansia kita tidak tergoda makanan lain yang disajikan di meja makan, baik itu bagi mereka yang alami darah tinggi maupun sakit gula, baiknya minimalisir pula makanan yang terlalu menggoda.
Ini bisa sekaligus jadi alternatif baik untuk kita supaya bisa makan lebih sehat pula saat puasa Ramadan.
Hindari berbagai makanan yang tinggi lemak jenuh dan tinggi gula, ganti kue-kue dan gorengan dengan buah-buahan dan sayur-sayuran, biji-bijian dan kacang-kacangan yang baik untuk kesehatan. Utamakan sumber protein nabati maupun hewani yang dikukus, rebus, bakar atau panggang alih-alih goreng dengan balutan tepung.
Monitor kesehatan mereka secara berkala
Ukur tekanan darah / gula darah puasa maupun gula darah sewaktu lansia kita setiap hari, dan pastikan mereka meminum obat sesuai resep dokter – bila ada obat yang harus diminum rutin.
Pastikan juga lansia kita selalu tercukupi asupan vitamin D-nya, dengan mengajak mereka keluar berjemur diri sebentar di pagi dan sore hari.
Kontrol ke dokter spesialis di rumah sakit juga jangan terlupakan meski saat bulan puasa Ramadan, ya.
Ajak lansia olahraga ringan (dan bila memungkinkan, lanjut terus, tidak hanya saat puasa Ramadan saja)
Olahraga baik untuk semua orang di semua usia. Tak terkecuali para lansia – dan kita sendiri! Selama puasa dan saat libur Lebaran, luangkan waktu untuk mengajak kakek, nenek, orangtua yang sudah lansia untuk berolahraga ringan. Tidak perlu repot-repot ke gym, olahraga di rumah saja lewat praktek yoga di YouTube atau jalan sore sambil cari takjil ke depan gang rumah, atau berenang santai menjelang Maghrib, sudah cukup.
Selain membuat kita sendiri dan lansia kita makin sehat, ada momen bonding mendekatkan diri dimana kita menghabiskan waktu bersama orangtua kita. Ini merupakan elemen penting yang bisa membuat si lansia bahagia, lho. Kenapa? Mudah saja, jawabannya, lansia itu butuh perhatian dan kasih sayang.
Kita selalu sibuk dengan dunia kita sendiri, mulai dari teman-teman, kantor dan karir sampai pasangan dan keluarga kecil kita sendiri. Kakek, nenek dan orangtua kita seringkali terlupakan. Perhatian-perhatian kecil, melewatkan quality time bersama lansia, membuat mereka merasa, “oh, anak / cucuku ternyata perhatian dan sayang lho ya sama nenek / kakek / orangtuanya” dan akan membuat mood mereka lebih bagus.
Teruskan kebiasaan baik ini tak hanya di momen Ramadan dan Lebaran, tapi lanjutkan sepanjang waktu. Nenek / kakek / orangtua yang sudah sepuh pun akan merasa lebih happy dan percayalah, kesabaran kita untuk mendampingi mereka akan berbuah baik kelak di kemudian hari.
Salam sayang dari Generali Indonesia untuk readers semua yang selalu semangat dan sabar merawat nenek, kakek, paman, bibi maupun orangtua berusia lanjut, selamat berpuasa dan menikmati momen libur Lebaran, ya!