Puasa Ramadan: apa efek baiknya untuk pasien GERD dan maag
Banyak orang beranggapan, telat makan bisa berakibat kena GERD dan maag. Padahal, justru puasa dapat membantu memperbaiki kondisi pada pasien penderita GERD dan maag.
Bagaimana puasa dapat menjadi jalan terapi bagi pasien GERD dan maag? Apa sebenarnya GERD dan maag sendiri? Yuk, kita baca bersama dalam artikel kali ini supaya kamu bisa lebih paham mengenai dua penyakit yang serupa tapi tak sama dan merupakan kondisi yang sangat umum diderita banyak orang Indonesia.
GERD dan maag: sama atau beda?
GERD dan maag, gejalanya mirip sekali. Perut terasa perih dan asam lambung naik sampai ke kerongkongan, menyebabkan sensasi rasa terbakar di mulut.
Nah, maag merupakan kondisi yang menandakan ada masalah di lambung kita, sedangkan GERD merupakan masalah lambung dengan kondisi yang sudah lebih serius dan perlu penanganan lebih dibanding maag.
GERD itu apa?
GERD sendiri adalah singkatan Gastrooesophageal Reflux Disease – secara harafiah diartikan sebagai refluks asam lambung. GERD adalah kondisi dimana asam lambung naik dari perut menuju kerongkongan dan mulut.
Orang yang mempunyai penyakit maag sangat mungkin mengalami GERD. Gejalanya antara lain, perut dan kerongkongan terasa perih, panas, rasa terbakar di dada (heartburn), seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan, padahal tidak ada. GERD perlu diagnosa khusus dokter dengan observasi selama beberapa waktu, tidak dapat dideteksi sebelum adanya evaluasi dalam jangka waktu tertentu oleh dokter.
Maag itu apa?
Maag, istilah medisnya Dispepsia, adalah gangguan di organ lambung kita, ditandai dengan rasa nyeri dan terbakar di dada, rasa penuh, kembung dan terkadang mual setelah makan.
Dispepsia / maag dibagi menjadi tiga jenis:
- Dispepsia fungsional: gejala ringan dan tidak ada kerusakan di jaringan lambung.
- Dispepsia struktural:
- Tukak / ulkus yang disebabkan robeknya permukaan mukosa / jaringan lambung, biasanya disebabkan oleh overdosis obat anti inflamasi (ibuprofen / aspirin), obat yang mengandung steroid atau infeksi bakteri H.pylori.
- Gastritis / inflamasi / radang lambung biasa yang kebanyakan disebabkan oleh pola makan yang salah.
- Kanker / tumor ganas di lambung, ditandai dengan anemia, berat badan turun drastis dan ada massa di dalam lambung.
- Dispepsia bersifat Nonspesifik: Apabila keluhan tidak jelas untuk dikelompokkan pada salah satu jenis di atas
Gejala GERD dan maag apa saja?
Gejala GERD dan maag mirip sekali.
Gejala maag:
- Rasa kembung / begah di perut bagian atas segera setelah makan atau bahkan saat sedang makan.
- Perut terasa penuh dengan cepat.
- Nyeri di dada dan ulu hati.
- Bersendawa dengan sedikit rasa perih.
- Buang angin lebih sering.
- Mual hingga muntah.
Gejala GERD:
- Refluks asam lambung, rasa perih dan terbakar pada perut dan dada.
- Regurgitasi, makanan naik kembali ke kerongkongan dengan rasa sangat asam.
- Sulit menelan makanan.
- Seperti akan tersedak di kerongkongan.
- Dada terasa nyeri setelah makan dan keadaan sering memburuk di malam hari.
Prevalensi GERD dan maag cukup tinggi di Indonesia
Menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang, diperkirakan ada sekitar 4 juta orang di Indonesia yang menderita GERD dan di dalamnya termasuk yang menderita maag sebanyak kurang lebih 1 juta orang. Itu baru yang terdeteksi ya. Belum lagi yang tidak terdeteksi, karena banyak orang yang sekedar mengalami maag sesekali tapi tidak pernah konsultasi ke dokter.
Puasa Ramadan: apa manfaatnya untuk pasien GERD dan maag?
Puasa wajib yang dilakukan oleh segenap umat Islam di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia, setiap tahunnya di bulan Ramadan, ternyata punya manfaat baik untuk pasien penderita GERD dan maag.
Apa saja manfaat dan efek positif dari berpuasa bagi kamu-kamu yang menderita dua penyakit soal asam lambung ini? Yuk kita simak di bawah.
Puasa Ramadan: mengistirahatkan pencernaan
Saat berpuasa di bulan suci Ramadan, kita tidak makan dan minum mulai dari Imsak yaitu kurang lebih jam 4 hingga jam 4:30 pagi hingga waktunya bedug Maghrib dipukul yaitu saat matahari terbenam.
Wah, cukup lama ya? Betul, karena Indonesia negara tropis, maka puasa Ramadan kurang lebih 14 jam durasinya setiap hari. Nah, ternyata, ada kaitan dengan puasa mengistirahatkan pencernaan dengan perbaikan kondisi GERD dan maag. Ada sebuah studi yang mempelajari kaitan antara berpuasa dengan menurunnya asam lambung.
Karena, saat berpuasa, seluruh sistem pencernaan diistirahatkan, dan produksi asam lambung pun lama-lama berkurang. Lalu, kita diharuskan makan dalam jam yang sama dan secara teratur setiap hari, hanya waktunya saja yang berubah. Nah, ini juga membantu mengontrol asam lambung.
Puasa Ramadan: makan makanan yang bergizi dan tidak memicu asam lambung
Apa saja makanan dan minuman yang memicu naiknya asam lambung? Antara lain, minuman dan makanan yang bersifat asam dan terlalu asin, lalu yang berlemak dan sulit dicerna, dan yang masuk dalam keluarga sayur cruciferous.
Contohnya:
- Buah lemon, jeruk dan keluarga buah sitrus lainnya
- Kopi, baik itu espresso, cappuccino maupun kopi-kopi kekinian lainnya
- Tomat dan turunannya seperti saus tomat
- Makanan pedas seperti cabe
- Kol, kubis, brokoli, bokchoy, kembang kol dan keluarga sayur crucifera lainnya karena sebabkan gas lambung
- Makanan tinggi lemak jenuh seperti gorengan
Nah, saat puasa Ramadan, kita-kita yang punya gangguan GERD dan maag sebaiknya juga menjalankan beberapa anjuran di bawah supaya puasa lancar dan gejala GERD / maag juga teratasi.
Saat sahur, hindari makan makanan terlalu berat
Sahur, waktunya mengisi perut dengan makanan yang baik dan bergizi, serta membantu memperbaiki sistem pencernaan yang terkondisi GERD dan maag.
Jadi, lupakan makan nasi goreng dan telur ceplok atau mi instan saat sahur, sebagai gantinya, makan makanan di bawah ini:
- Nasi merah kukus dalam jumlah secukupnya
- Oatmeal yang diseduh dengan susu atau dijadikan bubur oat
- Ubi rebus, singkong rebus yang mengandung banyak sekali serat’
- Ayam panggang yang tidak pedas
- Sayur seperti buncis dan brokoli
- Yoghurt dengan kacang dan biji chia
Makanan-makanan di atas akan membantu perut untuk lebih cepat kenyang dan meminimalisir asam lambung.
Puasa Ramadan: apa yang harus dimakan saat berbuka?
Nah, sekarang saatnya buka! Apa yang harus dimakan saat berbuka puasa?
Yang tidak dianjurkan karena bisa memicu asam lambung:
- Gorengan, apalagi pakai cabe rawit!
- Kopi, boba dan segala macam kopsus maupun kopi gula aren.
- Asinan dan rujak karena pedas dan asam sekaligus.
- Makanan manis dan berlemak tinggi seperti kue-kuean, donat, martabak, sebab sulit dicerna dan membuat produksi asam lambung makin meningkat.
- Makanan bersantan seperti rendang, kari maupun sambel goreng ati (yah, betul sih ini adalah makanan “kebangsaan” kita sebagai orang Indonesia di saat puasa Ramadhan dan Lebaran, tapi coba dihindari dulu supaya asam lambung tidak kumat mendadak, ya).
- Kue kering seperti nastar, putri salju dan kaastengels, bolehkah? Sebetulnya boleh, tapi dalam jumlah sedikit saja, ya.
Yang dianjurkan untuk dikonsumsi saat buka:
- Minum air kelapa muda yang punya banyak elektrolit penyeimbang pH dalam tubuh, hingga asam lambung terkontrol.
- Melon dan semangka yang mengandung banyak air, untuk mengencerkan asam lambung.
- Cincau, kolang-kaling dan agar-agar, boleh! Makanan ini penuh dengan serat yang diperlukan tubuh.
- Susu almond alih-alih susu biasa, yang lebih mudah dicerna oleh tubuh.
- Daging ayam yang ditumis dengan sayur hijau.
- Nasi merah kukus.
- Tempe dan tahu.
- Ikan dan seafood kaya Omega 3 seperti salmon, tuna dan sarden.
- Mau ngemil? Ngemil kacang-kacangan seperti macadamia, kacang mede, kacang almond dan berbagai jenis lainnya, juga biji seperti kuaci dan biji labu.
Saat berbuka dan sahur, jangan terburu-buru
Satu hal yang perlu diingat saat makan, bagi para penderita GERD dan maag, adalah tidak terburu-buru saat makan dan minum.
Saat berbuka maupun sahur, biasakan untuk menghayati proses makan. Kunyah makanan pelan-pelan, teguk minum sedikit demi sedikit, supaya perut yang sudah diistirahatkan dalam puasa selama 14 jam tidak “kaget” menerima asupan.
Iya, sangat dimengerti banyak dari kita hobi balas dendam, saat berbuka puasa terutama, tapi percayalah, keteraturan dan kesabaran dalam proses menyantap hidangan adalah kunci supaya asam lambung tidak naik mendadak.
Makan maksimal 2 jam sebelum tidur
Bagi penderita GERD dan maag, saat selesai makan dan mulai mencerna makanan adalah saat yang paling rawan naiknya asam lambung. Proses pencernaan memakan waktu 40 hingga 120 menit, oleh karena itu makanlah maksimal 2 jam sebelum tidur.
Misalnya, kamu terbiasa tidur jam 22:30 malam. Maka, maksimal jam 20:00 kamu sudah mulai makan dan selesai pada jam 20:30. Supaya ketika kamu sudah selesai mencerna, kamu juga sudah bisa tidur.
Lalu, setelah sahur, usahakan untuk tidak tidur lagi, gunakan waktu untuk beribadah atau mungkin ngobrol dengan seluruh anggota keluarga, menikmati indahnya suasana sahur bersama saat puasa Ramadan.
Minum air mineral yang banyak saat sahur dan berbuka
Saat sahur dan berbuka, minum air putih yang banyak, juga sepanjang malam bila memungkinkan. Kebiasaan minum air mineral minimal 2 liter sehari tetap harus dijaga meskipun sedang berpuasa, malah jadi lebih penting lagi sebab kamu harus menggantikan asupan air di siang hari. Jangan sampai dehidrasi, ya.
Selalu ingat bahwa GERD dan maag bukanlah penyakit sepele. Jangan memaksakan diri untuk berpuasa bila kamu merasa tidak sanggup. Niat ganti puasa Ramadan saja, atau bayar Fidyah bila tubuh memang tidak bisa berpuasa penuh selama sebulan.
Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan, ayo terus semangat untuk selalu sehat bersama-sama!