Daftar Isi
- Apa Itu Work-Life Balance?
- Cara Menerapkan Work-Life Balance Bagi Tiap Tahap Kehidupan (Single, Married)
- 5 Manfaat Menerapkan Work-Life Balance
- Tips Mencapai Work-Life Balance Menurut Para Ahli
- Kesimpulan dan Solusi Asuransi Alive dari Generali Indonesia
Apakah kamu saat ini sedang merasa stres karena suatu hal? Kamu tidak sendiri. Ternyata, banyak sekali orang Indonesia yang mengalami gejala stres, apalagi setelah pandemi, dampak kelesuan ekonomi masih terasa. Di Indonesia, ada kurang lebih 15,6 juta orang yang menderita depresi, tapi dari jumlah ini hanya 8% saja yang mencari bantuan profesional medis untuk dapat sembuh.
Nah, ternyata salah satu faktor penyebab stres adalah pekerjaan, dan menghilangnya keseimbangan antara karir dan kehidupan pribadi atau work-life balance.
Apa itu Work-Life Balance
Secara harafiah, Work-Life Balance artinya keseimbangan kerja dan hidup. Yaitu, dimana antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, ada takaran yang sesuai dan pembagian waktu yang jelas. Artinya, waktunya kerja ya kerja, dan waktu libur atau di luar jam kerja bisa dipakai sebagai waktu istirahat dan kehidupan pribadi.
Tanpa adanya Work-Life Balance, Burnout rentan terjadi
Burnout merupakan salah satu penyakit manusia modern, karena perubahan zaman dan kultur. Dua puluh tahun terakhir ini, perubahan gaya bekerja menuntut generasi produktif untuk semakin giat bekerja. Lalu, dengan hadirnya ponsel pintar serta aplikasi pesan instan, semua orang terutama para karyawan juga dituntut untuk selalu menjawab secepatnya untuk urusan pekerjaan.
Berbeda jauh dengan zaman orangtua kita dulu, Gen X dan Baby Boomers, yang bisa dikatakan jarang membawa pekerjaan pulang ke rumah, saat ini siapa sih yang belum pernah diharuskan buka laptop dan kerja bahkan saat di luar jam kantor atau saat hari libur pun? Rasanya semua orang sudah pernah, ya. Makanya, batasan antara pekerjaan dan personal sudah melebur, sehingga orang rentan terkena stres karena diharuskan terus menerus bekerja tanpa pernah betul-betul lepas bebas dari panggilan kantor.
Media sosial juga pengaruhi Work-Life Balance
Media sosial juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi Work-Life Balance. Kenapa? Karena semua orang berlomba-lomba memamerkan kesuksesan mereka, termasuk dalam karir dan pekerjaan, lewat medsos. Jadi, kita semakin rentan terpengaruh untuk berpikir membandingkan diri sendiri dengan orang lain, seperti, "Duh, kok si A sukses amat ya di kantornya, sementara saya biasa-biasa saja" atau "Ya ampun si B masih muda tapi sudah beli rumah, gajinya pasti fantastis, tidak seperti gaji saya yang kecil" dan lain-lain sebagainya.
Sebenarnya, Work-Life Balance adalah komitmen terhadap diri sendiri
Dilansir Harvard Business Review, sebetulnya Work-Life Balance adalah komitmen terhadap diri sendiri, untuk memberikan batasan yang tegas antara waktu me-time maupun waktu bersama orang-orang tersayang, baik itu keluarga maupun teman-teman, dengan waktu kerja.
Dilansir oleh survei Harvard Business Review tersebut, ternyata mayoritas orang usia antara 30 dan 50 tahun yang bekerja sebagai eksekutif di berbagai perusahaan, menggambarkan bahwa kantor tempat mereka bekerja memiliki tuntutan sangat tinggi, melelahkan dan cukup ruwet, dan kebanyakan menganggap bahwa bekerja dalam waktu lebih lama dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan karir di kantor.
Tapi, sekitar 30 persen responden pria dan 50 persen responden wanita dari survei Harvard ini ternyata masih mengusahakan untuk bertahan tidak menjalani jam kerja yang terlalu lama, dan mencoba menyiasati keseimbangan antara kantor dan pribadi secara lebih tepat lewat siklus yang rutin dilakukan.
Cara Menerapkan Work-Life Balance Bagi Tiap Tahap Kehidupan (Single, Married)
1. Tips untuk Kamu yang Single
Untuk para single, menjaga Work-Life Balance bisa menjadi tantangan tersendiri. Fokus utama mungkin terletak pada karir, tetapi penting untuk tidak melupakan kebutuhan pribadi dan sosial.
Pertama, atur waktu dengan bijak. Buat jadwal yang seimbang antara pekerjaan, me-time, dan sosialisasi. Misalnya, tentukan jam kerja yang jelas dan tegas, serta alokasikan waktu khusus untuk hobi atau aktivitas yang kamu sukai.
Kedua, tetapkan batasan. Jangan bawa pulang pekerjaan kecuali sangat mendesak. Hal ini membantu menjaga batas yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Ketiga, libatkan diri dalam hobi. Ikuti kegiatan yang kamu sukai di luar jam kerja untuk menyegarkan pikiran. Ini bisa berupa olahraga, seni, atau sekadar jalan-jalan.
2. Tips untuk Kamu yang Sudah Menikah
Bagi yang sudah menikah, Work-Life Balance memiliki dinamika yang berbeda. Komunikasi dengan pasangan sangat penting. Diskusikan jadwal kerja dan kegiatan keluarga agar seimbang. Misalnya, tentukan hari tertentu dalam seminggu sebagai hari keluarga tanpa gangguan pekerjaan.
Kedua, prioritaskan keluarga. Pastikan ada waktu berkualitas bersama keluarga setiap hari. Ini bisa berupa makan malam bersama, bermain dengan anak-anak, atau sekadar menonton film bersama.
Ketiga, delegasikan tugas. Jika memungkinkan, delegasikan tugas rumah tangga untuk meringankan beban. Misalnya, bagi tugas dengan pasangan atau mempekerjakan bantuan rumah tangga jika diperlukan.
Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, baik single maupun yang sudah menikah dapat mencapai Work-Life Balance yang lebih baik, sehingga kesehatan mental dan fisik tetap terjaga.
Manfaat Menerapkan Work-Life Balance
1. Mengurangi Stres
Salah satu manfaat terbesar dari Work-Life Balance adalah mengurangi stres. Ketika ada keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, beban kerja tidak akan terasa terlalu berat. Dengan memiliki waktu untuk istirahat dan bersantai, tubuh dan pikiran dapat pulih dari tekanan sehari-hari.
2. Meningkatkan Kesehatan Mental
Kesehatan mental yang baik sangat tergantung pada keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Ketika kamu memiliki waktu untuk melakukan hal-hal yang kamu nikmati, seperti berkumpul dengan teman-teman atau melakukan hobi, hal ini dapat membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan. Selain itu, memiliki waktu untuk diri sendiri memungkinkan kamu untuk lebih introspektif dan menjaga kesehatan mental dengan lebih baik.
3. Meningkatkan Produktivitas
Work-Life Balance juga dapat meningkatkan produktivitas. Dengan memiliki waktu istirahat yang cukup, kamu akan kembali bekerja dengan energi dan fokus yang baru. Ini berarti kamu dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan lebih efisien dan efektif. Karyawan yang memiliki keseimbangan yang baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi cenderung lebih produktif dan memiliki kinerja yang lebih baik di tempat kerja.
4. Kualitas Hidup yang Lebih Baik
Memiliki Work-Life Balance yang baik juga berarti kualitas hidup yang lebih baik. Kamu akan memiliki waktu untuk menikmati kehidupan di luar pekerjaan, seperti berlibur, mengejar hobi, atau sekadar bersantai di rumah. Ini tidak hanya meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup, tetapi juga memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan diri di berbagai aspek kehidupan.
5. Hubungan yang Lebih Baik
Dengan Work-Life Balance yang baik, hubungan dengan orang-orang terdekat juga akan menjadi lebih baik. Kamu akan memiliki waktu berkualitas bersama keluarga dan teman-teman, yang dapat memperkuat ikatan dan memperbaiki komunikasi. Hubungan yang harmonis dan kuat ini akan memberikan dukungan emosional yang penting, terutama saat menghadapi tantangan dalam kehidupan.
Untuk capai Work-Life Balance, ini siklus yang disarankan para ahli Harvard:
1. Stop sejenak dan mulai berpikir
Stop sejenak dari kegiatanmu dan mulailah berpikir, apa yang saat ini membuat kamu stres, marah atau tidak puas? Bagaimana keadaan ini mempengaruhi kamu, pekerjaan dan kehidupan pribadi? Apa sih yang ingin kamu capai? Apa yang sedang kamu korbankan demi karir saat ini? Setelah kamu dapat jawabannya, baru kamu bisa mulai mencari solusi permasalahanmu.
2. Jangan cuek dengan perasaanmu
Jangan takut dibilang "baper". Perasaan ya memang sesuatu yang kamu rasakan. Karena itu, ikuti kata hati dan perasaanmu. Kamu merasa lelah? Istirahat. Kamu merasa kesal? Cari penyebabnya dan atasi. Bila merasa perlu curhat, cari teman terdekat atau pasangan dan curahkan isi hatimu. Kamu juga bisa menggunakan media seperti jurnal untuk menuliskan isi pikiran, kalau kamu bukan termasuk tipe orang yang bisa dengan mudah bercerita ke orang sekitar. Melepaskan emosi negatif bisa membuat kamu merasa lebih lega setelahnya. Walau terdengar sederhana, tapi melepaskan apa yang memberatkan perasaan kita bisa membantu kondisi emosional untuk mencapai titik keseimbangan kembali. Kuncinya adalah di keseimbangan, sama seperti Work-Life balance.
3. Tentukan prioritasmu
Prioritasmu saat ini apa? Mau naik jabatan, atau mau lebih banyak WFH supaya bisa bersama keluarga, misalnya? Tentukan prioritas berdasarkan situasi yang realistis saat ini. Misalnya, kamu baru punya anak, mungkin berarti kamu harus rela untuk slow down sedikit dengan karir supaya tidak melewatkan waktu-waktu emas bersama si kecil. Atau, kamu justru mau memaksimalkan waktu sebelum kamu menikah untuk mengejar karir. Tergantung prioritasmu, kamu akan mendapat jawaban bagaimana menyikapi keseimbangan karir dan kehidupanmu sebagai seorang individu. Titik keseimbangan tidak sama untuk setiap orang, Work-life balance kamu yang tentukan.
4. Pertimbangkan beberapa alternatif solusi
Sebelum langsung menentukan keputusan A dan B berdasarkan prioritas yang sudah kamu pastikan sebelumnya, pertimbangkan dulu beberapa alternatif solusi. Pikirkan beberapa skenario sesuai solusi yang memungkinkan dilakukan. Misalnya, pada kasus tadi, kamu baru saja punya anak dan ingin menghabiskan waktu lebih banyak di rumah, maka kamu bisa diskusi dengan partner dan atasan di kantor supaya bisa lebih banyak WFH tapi dengan ketentuan yang win-win untuk semua pihak.
5. Lakukan sesuai rencana
Setelah membuat rencana, lakukan eksekusi sesuai rencana yang sudah ditetapkan. Jangan hanya jadi wacana, ya! Ambil tindakan sehingga apa yang kamu rencanakan benar-benar jadi kenyataan.
Mencapai keseimbangan adalah suatu proses perjalanan
Mungkin ada hari di mana kita dengan sukses mencapai Work-life balance, tapi ada juga momen di mana aktivitas sehari-hari begitu menyita waktu sampai kita tidak sanggup mengalokasikan waktu untuk memikirkannya. Tidak masalah, kita selalu bisa mencoba lagi di hari setelahnya. Ingat, mencapai keseimbangan adalah suatu proses perjalanan, bukan tujuan yang statis. Jadi, jangan patah semangat ya!
Satu demi satu, yang penting ada keberlanjuan
Membahas keseimbangan, tidak akan lepas dari konsep keberlanjutan (sustainability). Keberlanjutan dalam hidup bisa didukung oleh proteksi asuransi. Memiliki asuransi bisa menjaga kestabilan finansialmu saat musibah tak terduga terjadi. Risiko akan selalu ada, tapi kita bisa proaktif untuk menjaga diri sejak dini.
ALIVE dari Generali Indonesia bisa jadi pilihan proteksimu, solusi asuransi online yang prosesnya anti ribet. Daftar 10 menit, dilindungi 10 tahun. Penasaran? Klik di sini untuk baca lebih lanjut!