Hari Waisak: 5 prinsip ajaran Buddha dalam hidup yang patut diteladani oleh kita semua
Setiap tahunnya, umat Buddha di seluruh dunia merayakan hari besar yaitu Waisak. Perayaan kelahiran sang Buddha Siddharta Gautama ini juga seringkali disebut sebagai Buddha Jayanti, Buddha Purnima, Hari Buddha di Asia Selatan, Asia Tenggara, Tibet dan Mongolia. Hari Waisak adalah hari raya terpenting bagi umat Buddha, yang dirayakan setiap bulan purnama pada pertengahan tahun sesuai penandaan kalender Buddha.
Tiga peristiwa penting yang menjadi dasar Waisak
Waisak adalah penanda tiga peristiwa penting yang terjadi pada kehidupan sang pangeran Siddharta yang kemudian dikenal sebagai Buddha Gautama, Guru Agung bagi umat Buddha. Yaitu, yang pertama adalah kelahirannya, kemudian perjalanan sang Buddha menuju pencerahan sempurna, sampai meninggalnya sang Buddha yang dianggap sebagai keberangkatan Buddha menuju dunia berikutnya.
Umat Buddha di Indonesia biasanya merayakan Hari Waisak dengan mengadakan festival lampion di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah. Mulai dari kunjungan ke kuil, meditasi, melakukan kebajikan sampai melepaskan ribuan lampion kertas ke langit seraya merenungkan Dharma, ajaran sang Buddha.
Pada kesempatan peringatan Hari Waisak kali ini, kami akan membagikan 5 prinsip Buddha yang pelajarannya dapat dipetik untuk hidup sehari-hari.
Pancasila: 5 Prinsip ajaran Buddha
5 Prinsip ajaran Buddha adalah kode etik umat beragama Buddha, khusus sebagai pedoman hidup para Buddhis yang dianggap aturan rambu-rambu moral. Dalam bahasa Sansekerta, pedoman ini disebut Pancasila, yaitu panca artinya lima dan sila artinya prinsip.
Berbeda dengan Pancasila sebagai dasar negara, ya, tapi ini merupakan isi yang tercantum dalam Kitab Suci Tripitaka milik agama Buddha. Sedangkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dicetuskan oleh Bapak Proklamator Indonesia sekaligus presiden pertama negara kita, Bung Karno, pada 1 Juni 1945 – lima asas ini yang namanya berasal dari bahasa Sansekerta kuno, terinspirasi dari ajaran agama Buddha, meski isinya tentu saja berbeda.
Para Buddhis dianjurkan mengikuti 5 Prinsip ajaran Buddha ini untuk memastikan mereka hidup dengan baik secara moral. Karena hidup dengan moral yang baik akan membantu para Buddhis untuk menghindari penderitaan dan meninggal dengan tenang, serta kelak menuju hidup di dunia berikutnya dengan bahagia.
1. “Panatipata veramani sikkhapadang samadiyami”
“Aku bertekad melatih menahan diri dari membunuh makhluk hidup”, demikianlah kurang lebih arti dari ajaran yang pertama dalam Pancasila agama Buddha.
Ini artinya, pemeluk agama Buddha menghindari membunuh segala bentuk kehidupan, termasuk binatang. Maka, tak heran banyak umat Buddha memilih menjadi vegetarian bahkan vegan, karena menghormati semua makhluk yang bernyawa.
2. “Adidana veramani sikkhapadang samadiyami”
“Aku bertekad melatih menahan diri dari mengambil barang yang bukan milikku”, sila kedua ini mengajar umat Buddha untuk tidak mencuri dan mengambil apapun yang bukan merupakan hak mereka.
Menghormati hak milik orang lain termasuk juga pengendalian diri sendiri untuk tidak merasa iri dan menginginkan milik orang lain, melainkan selalu mencoba bersyukur dan berpuas diri dengan apa yang kita miliki.
3. “Kamesumiccharacara veramani sikkhapadang samadiyami”
“Aku bertekad melatih menahan diri dari perbuatan asusila" – musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri, yang kerap kali merasa tergoda akan sesuatu yang tidak sepatutnya. Guru Agung Buddha mengingatkan, bahwa orang-orang yang mudah sekali tergoda oleh angkara nafsu, tidak bisa mengalahkan dirinya sendiri lewat pengendalian secara moral.
Yang termasuk perbuatan asusila adalah berzina. Pada syair Dhammapada 309, Guru Agung Buddha mengatakan, “Cattari thanani naro pamatto, apajjati paradarupasevi. Apunnalabham na nikamaseyyam, nindam tatiyam nirayam catuttham” – yang berarti, “Orang yang tidak waspada dan berzina dengan wanita lain, akan mengalami empat macam penderitaan: kesialan, tidak bisa tidur tenang, dipermalukan dan terlahir kembali di alam neraka.”
4. “Musavada veramani sikkhapadang samadiyami”
“Aku bertekad melatih menahan diri dari bicara yang tidak benar” – sila keempat dari agama Buddha ini mengajari umatnya untuk tidak berbohong maupun melakukan fitnah.
Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, benar adanya – sebab kebohongan dan fitnah bisa menghancurkan hidup seseorang dengan sangat parah.
Karena itulah umat Buddha dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan hati dan pikiran dari godaan untuk mengatakan hal-hal yang tidak benar, untuk menjaga hubungan sesama manusia di dunia fana ini.
5. “Surameraya majjapamadattana veramani sikkhapadang samadiyami”
“Aku bertekad melatih menahan diri dari tidak makan makanan / minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan” – butir terakhir dari Pancasila Buddha mengajarkan umatnya untuk tidak memakan atau meminum segala sesuatu yang hanya akan merugikan.
Alkohol, substansi yang dilarang di agama Buddha, dianjurkan untuk dihindari karena punya andil membuat pikiran seseorang jadi berkabut dan lantas membuat pengonsumsinya tak dapat berpikir jernih – sedangkan, pikiran yang jernih dan bersih adalah salah satu tujuan agama Buddha. Selain itu, alkohol pun dapat menyebabkan seseorang jadi bertindak tidak bertanggungjawab dan punya tendensi untuk melakukan hal-hal negatif.
Prinsip menghindari alkohol yang menyebabkan mabuk dan lantas melakukan hal-hal di luar kesadaran, tak hanya di agama Buddha saja. Semua agama nyatanya melarang makan atau minum segala sesuatu yang membuat kita kehilangan kesadaran.
Toleransi dan kehidupan dalam damai di Indonesia
Indonesia adalah negara yang punya berbagai agama dan kepercayaan, dengan ratusan juta jiwa tersebar di ribuan pulau, beragam budaya, bahasa dan dialek, tapi nama sebutan negara kita yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (disingkat NKRI) cukup menggambarkan betapa erat dan kokohnya persatuan bangsa Indonesia.
Sesuai dengan ajaran Buddha yang juga mengedepankan komunitas dan kedamaian hidup, ayo selalu setia untuk menjalankan toleransi serta kehidupan dalam damai di Indonesia yang majemuk ini. Selamat Hari Waisak bagi pembaca yang merayakan, semoga kita semua selalu mendapatkan berkah, kedamaian, kebahagiaan dan ketentraman, Sabhe Satha Bhavantu Sukitatta – semoga semua makhluk hidup berbahagia.